Tuesday, February 26, 2013


BUKIT NERAKA*)

Bagaskara telah berpulang pada agungnya singgasana
Seakan muak dengan timbunan dosa-dosa akibat fasiknya manusia
Ia hanya melambaikan cahaya merah isyarat makian akan buruknya perangai jiwa-jiwa penghuni desa
 Kegelapan mulai menghantui siapa saja yang bernyawa di kampung terkutuk pada kaki bukit neraka
Tiada satupun makhluk yang berkutik  bahkan gubuk merekapun tak berani berucap dengan tetesan air mata penyesalan yang mengijinkan para munafik berpesta dalam jantung dan paru-parunya
Hanya setitik lubang dari wajah yang telah usang meloloskan cahaya lentera dari batang tenggorokan nan seaakan membeberkan misteri yang tengah terjadi. Angin berputar berjalan menyusuri lorong-lorong waktu menunjukkan kegaduhan dirgantara bukit itu.

Menggerutu dan mencemooh gerak gerik setiap raga, kabut menuruni dadanya dan merasuk ke dalam 360 penjuru tubuhnya
Mengaburkan setiap indra yang memandang kaki neraka, menyekap segala suara laksana ruang hampa
Namun membiarkan segala hutan melonglong dengan nyaringnya
Mencengkeram dalam lubang ketakutan serta terkubur di dalam jeritan siksa


*) Ditulis Selasa 3 Pebruari 2009, ditemukan kembali dalam lembaran kusam. Dan ketika ku baca lagi tulisan ini menggelitik naluriku, semakin menyimpan misteri tentang apa yang membuat tulisan ini dibuat.

No comments:

Post a Comment