BUKIT
NERAKA*)
Bagaskara
telah berpulang pada agungnya singgasana
Seakan
muak dengan timbunan dosa-dosa akibat fasiknya manusia
Ia
hanya melambaikan cahaya merah isyarat makian akan buruknya perangai jiwa-jiwa
penghuni desa
Kegelapan mulai menghantui siapa saja yang
bernyawa di kampung terkutuk pada kaki bukit neraka
Tiada
satupun makhluk yang berkutik bahkan
gubuk merekapun tak berani berucap dengan tetesan air mata penyesalan yang
mengijinkan para munafik berpesta dalam jantung dan paru-parunya
Hanya
setitik lubang dari wajah yang telah usang meloloskan cahaya lentera dari
batang tenggorokan nan seaakan membeberkan misteri yang tengah terjadi. Angin
berputar berjalan menyusuri lorong-lorong waktu menunjukkan kegaduhan
dirgantara bukit itu.
Menggerutu
dan mencemooh gerak gerik setiap raga, kabut menuruni dadanya dan merasuk ke
dalam 360 penjuru tubuhnya
Mengaburkan
setiap indra yang memandang kaki neraka, menyekap segala suara laksana ruang
hampa
Namun
membiarkan segala hutan melonglong dengan nyaringnya
Mencengkeram
dalam lubang ketakutan serta terkubur di dalam jeritan siksa
*) Ditulis Selasa 3
Pebruari 2009, ditemukan kembali dalam lembaran kusam. Dan ketika ku baca lagi
tulisan ini menggelitik naluriku, semakin menyimpan misteri tentang apa yang
membuat tulisan ini dibuat.
No comments:
Post a Comment