LAPORAN
OBSERVASI TERKAIT PERAN GURU
DALAM
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH
Oleh:
1. Nurwanti Adi Rahayu (4101411150)
2. Ahmad Rifai
(4301411097)
3. Cahyo Fajar
Handayani (4301411113)
Observasi ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh peran guru mata pelajaran terkait
pelaksanaan program bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama dan
Sekolah Menengah Atas. Peran yang dimaksudkan adalah peran guru sebagai fasilitator,
informator, motivator, mediator, dan kolaborator.
Observasi yang kami
lakukan dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Desember 2012 di SMP Karya Bakti
Jatilawang dan SMA Karya Bakti Jatilawang di kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. SMP
dan SMA ini merupakan sekolah yang berada dalam naungan yayasan yang sama, jadi
kurang lebih kultur yang berkembang tidak jauh berbeda. Sementara itu, metode
yang kami gunakan dalam memperoleh data adalah dengan metode wawancara. Adapun
yang menjadi narasumber kami adalah Ibu Turyati. Beliau mengajar di kedua
sekolah tersebut, yakni mata pelajaran Matematika dan PPKn untuk SMP dan mata
pelajaran Matematika untuk SMA. Berdasarkan hasil wawancara kami, dapat
diparafrasekan sebagai berikut,
Sebagai seorang guru mata
pelajaran, Ibu Turyati juga memiliki kepedulian terhadap layanan bimbingan dan
konseling di SMP dan SMA Karya Bakti Jatilawang. Beliau berpendapat bahwa
program BK sangat perlu diadakan di sekolah, karena kegiatan belajar mengajar
tidak akan berjalan maksimal tanpa adanya program BK. Hal ini seiring dengan
sering terjadinya permasalahan yang muncul terutama di kalangan siswa, seperti
yang ada di SMP dan SMA ini yaitu tidak memasukkan baju, tidak menggunakan
atribut yang ditentukan sekolah, pamit sekolah tetapi nyatanya mampir di tempat
lain, tidak membayarkan uang SPP, tidak memperhatikan materi yang disampaikan,
hingga tidak mengerjakan tugas yang diberikan. Dapat dibayangkan apabila
program BK itu tidak ada dalam penanganan masalah-masalah tersebut.
Dari fenomena yang
muncul tersebut, SMP dan SMA Karya Bakti Jatilawang melakukan serangkaian
kegiatan kaitannya dengan layanan BK, di antaranya menangani masalah yang
muncul di lingkunag sekolah terkait kenakalan siswa yang tidak mau berangkat
sekolah, melakukan home visit jika
siswa yang membutuhkan komunikasi langsung dengan wali murid, mengadakan
perhitungan indeks pelanggaran, membuka konsultasi masuk jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, razia handphone
secara mendadak, dan razia ketika upacara. Meskipun sudah dilakukan berbagai
upaya, namun menurut bu Turyati pelayanan BK di SMP dan SMA Karya Bakti
Jatilawang belum maksimal, satu masalah belum terselesaikan muncul masalah yang
baru.
Di SMP dan SMA Karya
Bakti Jatilawang, program layanan BK tidak hanya dilakukan oleh guru BK, akan
tetapi ada peran dari guru lain yang turut membantu dalam mengatasi dinamika
permasalahan siswa, terutama wali kelas. Masalah yang muncul dari siswa sebisa
mungkin diatasi oleh wali kelas. Jika masalah tersebut gagal ditangani oleh
wali kelas baru diserahkan pada guru BK. Selain itu, guru mata pelajaran juga
mengambil peran penting, kaitannya dengan permasalahan yang berhubungan
dengan materi pelajaran. Sementara itu,
kaitannya dengan peran guru sebagai informator kurang maksimal karena guru mata
pelajaran hanya menyampaikan informasi ke-BK-an secara parsial dan kurang
detil. Sementara peran guru sebagai fasilitator sudah berjalan dengan cukup
baik, yaitu guru mampu mengantisipasi adanya ketimpangan kemampuan siswa dalam
menangkap materi pelajaran. Siswa yang memiliki daya tangkap “rendah” akan
dicarikan suatu metode agar siswa itu mampu mengimbangi temannya yang sudah
paham tentang suatu materi yang telah disampaikan.
Peran guru sebagai
mediator di kedua sekolah ini berjalan dengan baik, hal ini dibuktikan dengan
adaanya suatu kerjasama antara guru mata pelajaran dan guru BK. Guru mata
pelajaran yang secara langsung mengetahui permasalahan pada siswa menyampaikan
kasus itu kepada guru BK. Kemudian guru BK melakukan pendekatan terhadap siswa
tersebut, hingga akhirnya diketahui karakter siswa dan sumber masalah yang
terjadi, kemudian hasil ini disampaikan kepada guru mata pelajaran lagi untuk
dilakukan suatu pengentasan masalah. Sementara peran guru sebagai motivator
siswa dalam pemanfaatan layanan BK juga berjalan dengan baik. Guru mata
pelajaran memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswanya yang membutuhkan
layanan BK, misalkan ketika pelajaran ada siswa yang membutuhkan pelayanan BK
dengan beberapa alasan yang logis dan harus meninggalkan kelas, maka guru mata
pelajaran mempersilakannya dengan catatan alasan yang disampaikan benar.
Sementara itu, peran
guru sebagai kolaborator ditunjukkan dengan adanya kerjasama antara guru mata
pelajaran dan guru BK, selama masalah
dapat diatasi oleh guru mata pelajaran, maka sebisa mungkin masalah tersebut
dapat diselesaikan. Apabila sudah tidak dapat diselesaikan maka guru BK lah
yang turun tangan dalam pengentasan masalah yang muncul itu.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa guru mata
pelajaran di SMP dan SMA Karya Bakti Jatilawang sudah menyadari perannya dalam
program pelayanan BK, baik sebagai informator, fasilitator, mediator,
motivator, dan kolaborator. Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Turyati yang
bersedia menjadi narasumber kami serta SMP dan SMA Karya Bakti Jatilawang,
Banyumas yang menjadi tujuan observasi kami.
DAFTAR
PERTANYAAN WAWANCARA
OBSERVASI BIMBINGAN DAN KONSELING*)
- Menurut Ibu, dalam suatu sekolah perlu atau tidak diadakan program BK?
- Apa masalah
yang sering muncul di sekolah terkait dengan BK?
- Apa sajakah
kegiatan-kegiatan dari BK di sekolah?
- Menurut
Bapak pelayanan BK di sekolah ini, sudah sejauh mana?
- Selain guru
BK, apakah ada pihak lain dari warga sekolah yang berperan dalam
pelaksanaan layanan BK? Seperti apa contohnya?
- Sejauh
apakah guru mata pelajaran berperan dalam program BK?
- Apakah guru
mata pelajaran juga menyampaikan informasi tentang tujuan BK serta
manfaatnya bagi siswa?
- Masalah
anak pasti berbeda, ada yang daya tangkap tinggi dan ada yang rendah,
apakah ada strategi yang disiapkan guru mata pelajaran dalam menyelesaikan jika
terjadi masalah ini, agar yang mengalami kesulitan mampu mengimbangi yang
sudah paham?
- Apakah ada
kerjasama dari guru mata pelajaran dan guru BK mengenai pengidentifikasian siswa
yang membutuhkan layanan BK?
- Apakah guru
mapel juga memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswanya yang
membutuhkan layanan Bk? (mungkin
saja, ketika pelajaran si anak membutuhkan pelayanan BK dengan beberapa
alasan logis dan harus meninggalkan kelas)
- Apakah guru
mapel di sekolah ini, juga dilibatkan dalam pengentasan masalah dari
siswa?
*) Sabtu, 8 Desember 2012
No comments:
Post a Comment